Minggu 16 Desember 2012, pangdam XII
Tanjungpura mengadakan perlombaan sumpit untuk memperingati hari juang kartika.
Selain itu, perlombaan ini juga dijadikan sebagai sarana untuk melestarikan kebudayaan
Indonesia. Peserta dari perlombaan ini adalah atlet-atlet sumpit dari seluruh
kabupaten di Kalimantan Barat dan para tentara( memang diwajibkan ).
Sumpit adalah salah satu senjata suku
Dayak yang digunakan untuk berburu dan digunakan sebagai alat perang. Sumpit
berbentuk bulat memanjang atau seperti tabung. Panjangnya berkisar antara 1,5
sampai dua meter dengan diameter dua sampai tiga sentimeter. Fungsi sumpit
sekarang bukanlah sebagai alat perang lagi, melainkan sebagai salah satu cabang
olahraga yang diperlombakan di daerah-daerah.
Lomba sumpit diawali dengan upacara
pembuka yang dimulai pukul 08.00 WIB. Setelah upacara, kegiatan dilanjutkan
dengan perlombaan. Perlombaan berlangsung dengan lancar dan tepat sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan. Pada perlombaan ini, SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes
diwakili oleh Ibu Deasy Maria A,S.Psi (guru BK), Irene Indri Astuti dari
kelas XI IPA dan Karolina dari kelas XI IPS 3. Perlombaan ini merupakan
perlombaan pertama bagi Irene dan Karolina pada olahraga sumpit, sehingga
mereka tidak memasang target juara, melainkan menjadikan perlombaan ini sebagai
sarana untuk mengasah keterampilan. Kegiatan diakhiri dengan upacara penutup
yang ditutup oleh Kasdam XII/Tpr brigjen TNI Robby Win Kadir. Pada akhir
upacara penutupan, para pemenang dari lomba sumpit dibacakan. Suasana yang
awalnya tenangpun kini menjadi tegang. Kota Singkawang keluar sebagai juara
umum dengan total mendali sebanyak delapan buah. Mendali tersebut antara lain,
dua mendali emas, empat mendali perak dan dua mendali perunggu. Sedangkan
kabupaten Ketapang mendapatkan dua mendali, yaitu satu mendali emas dan satu
mendali perunggu. SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes hanya mendapatkan juara
harapan satu yang diraih oleh Ibu Deasy Maria A,S.Psi atau biasa dipanggil Bu
Deasy. Kemudian para pemenang dibagikan piala bergilir, mendali dan uang
pembinaan.
Pada saat
berlangsungnya lomba sumpit, suasana kekeluaragaan begitu terasa bagi para
atlet sumpit ( peserta lomba sumpit ). Suasana kekeluargaan tersebut tercipta
karena adanya sikap ramah dan perduli dari para anggota militer. Tentunya
sangat jauh dari perkiraan kita yang menganggap bahwa anggota militer itu memiliki
sifat yang kaku dan terlalu disiplin. Hal inilah yang menjadi kesan tersendiri
bagi para atlet sumpit.
“saya berharap,
anak-anak muda terutama anak Yohanes yang memang tertarik, itu lebih bagus.
Supaya kita jangan disibukan dengan kegiatan-kegiatan diluar yang tidak terlalu
berguna atau negatif, misalnya kebut-kebutan dan mabuk-mabukan. Ini salah satu
budaya tradisional yang harus kita bina dan harus kita kembangkan” itulah pesan
dari Bu Deasy yang merupakan penutup dari wawancara tim jurnalistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar